Muncul ke Permukaan saat Kapal Tenggelam
BEBERAPA bulan lalu, Indonesia kerap diterpa bencana kecelakaan. Salah satunya adalah bencana kapal tenggelam. Banyaknya kecelakaan kapal laut tersebut menginspirasi Widya Hapsari dan Rama Widya Iswara. Dua pelajar SMAN 1 Rembang itu membuat indikator penyelamat. Fungsinya, menyelamatkan kapal saat tenggelam.
Dua siswi kakak beradik ini menamai alat temuan mereka dengan otomatik lokator kapal tenggelam. Komponen tersebut diletakkan pada bagian dek kapal dengan sebuah pengikat tali dari bahan karbon kevlar (hampir mirip seperti rompi antipeluru).
Panjang tali juga disesuaikan dengan rute perjalanan. Maksudnya, panjang tali lebih panjang daripada kedalaman laut yang dilalui. Dengan demikian, jika kapal tenggelam, lokator ini dapat mengapung. Alat ini tahan air karena terselubung pipa.
Alat tersebut terdiri atas empat jenis rangkaian utama. Yang pertama berupa sakelar elektronik sensor air. Kedua, rangkaian pengirim sinyal morse yang dilengkapi lampu pemberi isyarat. Ketiga adalah rangkaian informasi. Bentuknya hampir sama dengan rangkaian pengirim sinyal morse. Keempat, rangkaian pemancar.
Sakelar elektronik sensor air digunakan sebagai sakelar yang dapat mengaktifkan seluruh rangkaian alat tersebut. Melalui sensor air ini, sakelar terhubung dengan rangkaian morse isyarat sinar dan rangkaian informasi berupa suara. Suara direkam sebelumnya dengan program sound recorder. Misalnya, "Kami adalah mesin otomatis, memberitahukan bahwa Kapal Motor Senopati Nusantara telah tenggelam. Harap segera kirim bantuan."
"Dengan demikian, meskipun sudah tenggelam atau ketika tenggelam, kapal tidak menghilangkan jejak begitu saja," ujar Widya.
Pada rangkaian morse isyarat sinar, lampu yang menyala berfungsi menarik perhatian dengan isyarat morse ... --- ... Bila diartikan, berupa SOS, yang berarti permintaan bantuan. Pengirim permintaan bantuan juga melakukan melalui rangkaian pemancar frekuensi radio.
"Kalau sudah seperti ini, lokasi tenggelamnya kapal segera dapat dilacak. Para penumpang dapat segera diselamatkan. Hal ini dapat meminimalkan korban kecelakaan," ujar Rama.
Ternyata, inovasi Rama dan Widya tidak berhenti sampai di sini. Dua siswi itu membuat detektor pesawat terbang yang hilang. Baik yang tenggelam di lautan lepas ataupun di hutan belantara.
"Soalnya, pembimbingnya ayahku sendiri, guru TI dan elektro. Jadinya, kami lebih bersemangat. Selain itu, partner-ku adalah adikku," terang Widya, siswi yang sudah kelas tiga. Dua siswi ini berhasil merampungkan alat itu dalam waktu empat bulan. Mereka menghabiskan biaya sekitar satu juta rupiah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan